Marhaban Ya Ramadhan. Bulan
Ramadhan 1433 H kembali tiba. Bulan yang penuh berkah, yang di dalamnya
terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan Ramadhan
adalah bulan ketaatan. Bulan Ramadhan adalah bulan murâqabah. Ramadhan
juga adalah bulan pengorbanan di jalan Allah SWT.
Di dalamnya setiap Muslim
dituntut untuk berkorban dengan menahan rasa lapar dan dahaga demi
meraih derajat takwa. Takwa adalah puncak hikmah dari ibadah shaum pada
bulan Ramadhan. Perwujudan takwa secara individu tidak lain adalah
dengan melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua
larangan-Nya.
Sedang
perwujudan takwa secara kolektif adalah dengan menerapkan syariah
secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara
di bawah naungan Khilafah. Semua kebaikan yang didapat sepanjang bulan
Ramadhan tentu menjadi kurang bermakna jika tidak ditindaklanjuti oleh
pelaksanaan syariah secara kaffah, karena justru itulah sesungguhnya
wujud ketakwaan yang hakiki.
Rasulullah SAW dan para sahabat telah membuktikan dan menunjukkan kepada kita bahwa Ramadhan
bukanlah saat untuk berleha-leha atau bersantai. Beberapa peristiwa
penting dalam sejarah Islam justru terjadi di bulan Ramadhan. Perang
Badar al Kubra, terjadi pada 17 Ramadhan 2 H. Ibnu Hisyam menyatakan
perang ini merupakan kemenangan pertama yang menentukan kedudukan umat
Islam dalam menghadapi kekuatan kemusyrikan dan kebatilan. Kemenangan
lebih kurang 300 orang tentara Islam di bawah pimpinan Rasulullah ini telah mengalahkan lebih kurang 1.000 orang tentara musyrikin Mekah.
Persiapan perang Khandaq dilakukan di bulan Ramadhan tahun 5 hijriyah. Dengan menggali parit (khandaq) di sekeliling kota Madinah. Peperangan
ini terjadi pada bulan Syawal dan berakhir pada bulan Dzulqaidah
setelah pasukan Muslimin berjaya memecah belah pasukan musuh.
Peristiwa penting lain adalah Fath al Makkah (Pembukaan Kota Mekah) dan penghancuran berhala. Rasulullah SAW keluar dari Madinah pada 10 Ramadhan,
lalu diikuti para sahabat. Menurut Ibnu Ishaq, penaklukan itu terjadi
pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah mengutuskan Khalid
al-Walid untuk menghancurkan berhala Uzza, Amr bin Ash merobohkan Suwa’,
dan Saad bin Zaid Al-Asyhaly menumbangkan Manat.
Pada Ramadhan 10H, Rasulullah SAW mengutus pasukan tentara di bawah pimpinan Sayidina Ali Karamallahu Wajhah
ke Yaman dengan membawa surat Nabi. Satu suku yang berpengaruh di Yaman
langsung menerima Islam dan masuk Islam pada hari itu juga. Mereka shalat berjamaah bersama Imam Ali pada hari itu.
Terdapat banyak kemenangan umat Islam di bulan Ramadhan ini. Ramadhan 53 H merupakan kemenangan tentara Islam di Pulau Rhodes. Ramadhan 92 H, Thariq bin Ziyad yang memimpin 12 ribu tentara Islam berhasil mengalahkan tentara kuffar berjumlah 90.000
yang diketuai sendiri oleh Raja Frederick. Di sini awal zaman keemasan
Islam di Andalusia, dengan Islam menguasainya selama 700 tahun.
Pada Ramadhan 584 H, Panglima tentara Islam Salahuddin Al-Ayyubi mendapat kemenangan besar atas tentara Salib. Saifudin Qutuz, pemerintah Mesir ketika itu dengan mengumpulkan semua kekuatan kaum Muslimin untuk meghancurkan tentara Tatar dan bertemu dengan mereka pada Jumat, 25 Ramadhan 658 H (6 September 1260 M)
di Ain Jalut. Peperangan ini turut disertai oleh istri Sultan Saifudin
Qutuz, Jullanar yang akhirnya syahid di medan pertempuran.
Penting bagi kita untuk memperhatikan pesan Hizbut Tahrir Indonesia dalam menyambut Ramadhan ini . Pertama,
kepada seluruh umat Islam Indonesia agar dapat melaksanakan shaum
Ramadhan dengan sebaik-baiknya, dengan penuh khusyu’ dan ikhlas, serta
dengan penghayatan sehingga seluruh hikmah puasa dapat ditangkap dengan
baik. Suasana bulan Ramadhan yang juga disebut syahrul jihad
(bulan jihad) hendaknya mampu menambah kekokohan iman, semangat untuk
berpegang teguh kepada Islam, serta lebih giat lagi melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan berjuang demi terwujudnya kehidupan Islam melalui tegaknya kembali syariah dan Khilafah di muka bumi.
Kedua,
kepada pemerintah untuk dengan sungguh-sungguh menjaga situasi dan
kondisi politik, sosial, ekonomi dan budaya agar tetap kondusif
sedemikian sehingga umat Islam dapat melaksanakan shaum Ramadhan dengan
sebaik-baiknya. Tempat-tempat maksiat, termasuk tempat hiburan, yang
tiap menjelang bulan Ramadhan selalu mengundang kontroversi, memang
semestinya ditutup. Demikian juga perbuatan maksiat, seperti korupsi,
perzinaan, kezaliman dan sebagainya, termasuk abai terhadap perintah dan
larangan Allah SWT yang termaktub dalam Alquran maupun Hadits,
semestinya juga dihentikan.
Bukan
hanya selama bulan Ramadhan, mestinya juga di luar bulan Ramadhan,
karena semua perbuatan dan tempat maksiat itu tidak selayaknya ada di
negara yang mayoritas penduduknya Muslim
ini. Bila dan hanya bila penduduk negeri ini benar-benar beriman dan
bertakwa (melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh
larangan Allah SWT) saja, keberkahan akan senantiasa melimpah pada
negeri ini. (Farid Wadjdi)