Marhaban Ya Ramadhan: Kokohkan Iman, Tegakkan Syariah dan Khilafah

http://shiningallspark.web.id/wp-content/uploads/2012/07/ramadhan.jpgMarhaban Ya Ramadhan. Bulan Ramadhan 1433 H kembali tiba. Bulan yang penuh berkah, yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan Ramadhan adalah bulan ketaatan. Bulan Ramadhan adalah bulan murâqabah. Ramadhan juga adalah bulan pengorbanan di jalan Allah SWT.
Di dalamnya setiap Muslim dituntut untuk berkorban dengan menahan rasa lapar dan dahaga demi meraih derajat takwa. Takwa adalah puncak hikmah dari ibadah shaum pada bulan Ramadhan. Perwujudan takwa secara individu tidak lain adalah dengan melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya.
Sedang perwujudan takwa secara kolektif adalah dengan menerapkan syariah secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara di bawah naungan Khilafah. Semua kebaikan yang didapat sepanjang bulan Ramadhan tentu menjadi kurang bermakna jika tidak ditindaklanjuti oleh pelaksanaan syariah secara kaffah, karena justru itulah sesungguhnya wujud ketakwaan yang hakiki.
Rasulullah SAW dan para sahabat telah membuktikan dan menunjukkan kepada kita bahwa Ramadhan bukanlah saat untuk berleha-leha atau bersantai. Beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam justru terjadi di bulan Ramadhan. Perang Badar al Kubra, terjadi pada 17 Ramadhan 2 H. Ibnu Hisyam menyatakan perang ini merupakan kemenangan pertama yang menentukan kedudukan umat Islam dalam menghadapi kekuatan kemusyrikan dan kebatilan. Kemenangan lebih kurang 300 orang tentara Islam di bawah pimpinan Rasulullah ini telah mengalahkan lebih kurang 1.000 orang tentara musyrikin Mekah.

Persiapan perang Khandaq dilakukan di bulan Ramadhan tahun 5 hijriyah. Dengan menggali parit (khandaq) di sekeliling kota Madinah. Peperangan ini terjadi pada bulan Syawal dan berakhir pada bulan Dzulqaidah setelah pasukan Muslimin berjaya memecah belah pasukan musuh.
Peristiwa penting lain adalah Fath al Makkah (Pembukaan Kota Mekah) dan penghancuran berhala. Rasulullah SAW keluar dari Madinah pada 10 Ramadhan, lalu diikuti para sahabat. Menurut Ibnu Ishaq, penaklukan itu terjadi pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah mengutuskan Khalid al-Walid untuk menghancurkan berhala Uzza, Amr bin Ash merobohkan Suwa’, dan Saad bin Zaid Al-Asyhaly menumbangkan Manat.
Pada Ramadhan 10H, Rasulullah SAW mengutus pasukan tentara di bawah pimpinan Sayidina Ali Karamallahu Wajhah ke Yaman dengan membawa surat Nabi. Satu suku yang berpengaruh di Yaman langsung menerima Islam dan masuk Islam pada hari itu juga. Mereka shalat berjamaah bersama Imam Ali pada hari itu.
Terdapat banyak kemenangan umat Islam di bulan Ramadhan ini. Ramadhan 53 H merupakan kemenangan tentara Islam di Pulau Rhodes. Ramadhan 92 H, Thariq bin Ziyad yang memimpin 12 ribu tentara Islam berhasil mengalahkan tentara kuffar berjumlah 90.000 yang diketuai sendiri oleh Raja Frederick. Di sini awal zaman keemasan Islam di Andalusia, dengan Islam menguasainya selama 700 tahun.
Pada Ramadhan 584 H, Panglima tentara Islam Salahuddin Al-Ayyubi mendapat kemenangan besar atas tentara Salib. Saifudin Qutuz, pemerintah Mesir ketika itu dengan mengumpulkan semua kekuatan kaum Muslimin untuk meghancurkan tentara Tatar dan bertemu dengan mereka pada Jumat, 25 Ramadhan 658 H (6 September 1260 M) di Ain Jalut. Peperangan ini turut disertai oleh istri Sultan Saifudin Qutuz, Jullanar yang akhirnya syahid di medan pertempuran.
Penting bagi kita untuk memperhatikan pesan Hizbut Tahrir Indonesia dalam menyambut Ramadhan ini . Pertama, kepada seluruh umat Islam Indonesia agar dapat melaksanakan shaum Ramadhan dengan sebaik-baiknya, dengan penuh khusyu’ dan ikhlas, serta dengan penghayatan sehingga seluruh hikmah puasa dapat ditangkap dengan baik. Suasana bulan Ramadhan yang juga disebut syahrul jihad (bulan jihad) hendaknya mampu menambah kekokohan iman, semangat untuk berpegang teguh kepada Islam, serta lebih giat lagi melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan berjuang demi terwujudnya kehidupan Islam melalui tegaknya kembali syariah dan Khilafah di muka bumi.
Kedua, kepada pemerintah untuk dengan sungguh-sungguh menjaga situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi dan budaya agar tetap kondusif sedemikian sehingga umat Islam dapat melaksanakan shaum Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Tempat-tempat maksiat, termasuk tempat hiburan, yang tiap menjelang bulan Ramadhan selalu mengundang kontroversi, memang semestinya ditutup. Demikian juga perbuatan maksiat, seperti korupsi, perzinaan, kezaliman dan sebagainya, termasuk abai terhadap perintah dan larangan Allah SWT yang termaktub dalam Alquran maupun Hadits, semestinya juga dihentikan.
Bukan hanya selama bulan Ramadhan, mestinya juga di luar bulan Ramadhan, karena semua perbuatan dan tempat maksiat itu tidak selayaknya ada di negara yang mayoritas penduduknya Muslim ini. Bila dan hanya bila penduduk negeri ini benar-benar beriman dan bertakwa (melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan Allah SWT) saja, keberkahan akan senantiasa melimpah pada negeri ini. (Farid Wadjdi)