Felix Siauw : Demokrasi Bukan Cara Islam

10 Muharam 1434 H, disubuh yang dingin, di Masjid Darussalam Kota Wisata, jamaah Masjid dihidangkan tausiah oleh seorang Dai keturunan tionghoa Felix Siauw, menguraikan kenapa dan bagaimana caranya umat Islam ini bangkit.
Mengawali tausiahnya , beliau katakana segala sesuatu ada pusatnya, manusia ada pusatnya yang disebut pusar, begitupun dunia inipun ada pusatnya, dunia ini bila ditinjau dari  sisi geografis dan dan konflik dunia hingga kini , terlihat jelas dunia ini berpusat di timur tengah, disanapun  banyak para nabi lahir , berjuang disana dan wafatpun  di sana , sebutlah sejumlah nabi dan termasuk Nabi Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad…lahir disana…
Perjalanan dunia, banyak tahapannya dan sejarah mencatat didunia ini pernah ada kekuatan  imperium Persia dari wilayah timur, sebuah kekuatan yang mencakup  wilayah sepanjang wilayah lebih dari 7 juta KM, dan dibagian barat ada imperium romawi yang menguasai 5 juta KM lebih…pada saat itu apalah artinya wilayah Arab? Wilayah yang terjajah sebagian oleh Romawi dan sebagian oleh Persia, dan pertempuran Persia dan Romawi pun berada di wilayah pusat dunia, yaitu wilayah Arab.

Pangkal Musibah Dunia Islam dan Gelombang baru Khilafah

Tahun 2012 telah berlalu, umat Islam memasuki tahun 2013. Meskipun penuh dengan gejolak selama 2012, namun yang pasti umat Islam masih tetap didera berbagai persoalan dalam berbagai aspek.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani pendiri Hizbut Tahrir , alhamdulillah,  berhasil memberikan jawaban yang shohih mengapa tragedi demi tragedi masih terjadi pada umat Islam. Dalam kitab Nida‘ Har Syaikh Taqiyuddin menjelaskan,  “Sesungguhnya umat Islam telah mengalami tragedi karena dua musibah. Pertama: penguasa mereka menjadi antek-antek kafir penjajah. Kedua: di tengah mereka diterapkan hukum yang tidak diturunkan oleh Allah, yaitu diterapkan sistem kufur.”
Memang  inilah pangkal musibah dunia Islam. Pertama, keberadaan penguasa yang menjadi antek-antek kafir penjajah. Pasca runtuhnya Khilafah, sebagian besar dunia Islam mengalami penjajahan kolonial secara langsung. Negara-negara penjajah mengirim pasukannya secara langsung.
Penjajahan model langsung seperti ini dianggap tidak efektif. Keberadaan musuh yang nyata di depan mata, perlawanan dari umat relatif lebih mudah digerakkan, ditambah dengan biaya pendudukan langsung yang  mahal dengan resiko yang tinggi. Barat mengganti strategi penjajahan dengan cara memberikan kemerdekaan semu dan mendudukkan mendudukan penguasa-pengusa lokal yang merupakan agen-agen mereka di dunia Islam.