Melarang Aspirasi Penegakkan Syariat dan Khilafah Adalah Menentang Karya Agung Para Ulama dan Melestarikan Kerusakan Sistem Demokrasi

Dalam pidato memperingati Hari Lahir Pancasila, Jumat lalu (1/6) Said Aqil Siraj meminta agar tidak ada lagi wacana negara Islam di Indonesia. Said bahkan meminta agar orang-orang yang masih menginginkan membentuk negara Islam keluar dari Indonesia dan pergi ke Afghanistan. “Tidak perlu lagi ada wacana negara Islam maupun kekerasan yang mengatasnamakan Islam,” kata Said dalam pidato memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945, Jumat (1/6).
Said Aqil juga menyatakan bahwa ideologi yang bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia adalah subversif yang tidak boleh leluasa hidup mengembangkan ajarannya dinegara Pancasila ini.
Mengherankan
Pernyataan itu jelas sesuatu yang mengherankan. Pernyataan itu bertolak belakang dengan pandangan para imam madzhab, mujtahidin dan para fuqoha. Mayoritas imam madzhab, mujtahidin dan fuqoha sepakat ihwal kewajiban menegakkan khilafah. Hanya golongan sempalan yang  mengingkari kewajiban yang mulia ini. Apalagi jumhur ahlus sunnah telah menyatakan kewajibannya. Berikut kami kutipkan sebagian kecil saja perkataan para ulama salaf mengenai kewajiban menegakkan khilafah.

Mana Masa Terbaikmu, Berikan ke Islam!

Mana Masa Terbaikmu, Berikan ke Islam !!!Hari ini kita melihat jumlah pemuda muslim yang telah beriltizam (Multazim) untuk Islam yang banyak sekali, sampai sampai kita bisa melihat di satu kota, ada ratusan ikhwah disana ! meski jumlah mereka luar biasa, namun jika anda mencoba untuk menghitung jumlah personal yang aktif, bersungguh sungguh, dan penuh semangat sehingga layak disebut aktifis Islam, niscaya anda akan mendapati jumlah mereka tidak mencapai seratus orang. Bahkan anda dapat menghitung dengan mudah dan menyebutkan nama nama mereka.
Lalu mana kerja, usaha, dan sumbangsih sekian ribu Multazim itu?! Mana dakwah, hisbah dan jihad mereka?

Mereka mengambil peran sebagai penonton, tak lebih. Mereka merasa cukup sekedar telah berpindah dari jahiliyah kepada Islam. Setelah itu,  mereka berhenti dititik ini, tidak ingin meninggalkannya, tidak berhasrat untuk meningkat ke titik berikutnya, bahkan untuk sekedar mempersiapkan diri mereka sendiri hingga nantinya mereka sanggup melangkah dan memberikan sumbangsih dalam pelbagai bidang amal Islami.