Tahun 2012 telah berlalu, umat Islam memasuki tahun 2013. Meskipun penuh dengan gejolak selama 2012, namun yang pasti umat Islam masih tetap didera berbagai persoalan dalam berbagai aspek.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani pendiri Hizbut Tahrir , alhamdulillah, berhasil memberikan jawaban yang shohih mengapa tragedi demi tragedi masih terjadi pada umat Islam. Dalam kitab Nida‘ Har Syaikh Taqiyuddin menjelaskan, “Sesungguhnya umat Islam telah mengalami tragedi karena dua musibah. Pertama: penguasa mereka menjadi antek-antek kafir penjajah. Kedua: di tengah mereka diterapkan hukum yang tidak diturunkan oleh Allah, yaitu diterapkan sistem kufur.”
Memang inilah pangkal musibah dunia Islam. Pertama, keberadaan penguasa yang menjadi antek-antek kafir penjajah. Pasca runtuhnya Khilafah, sebagian besar dunia Islam mengalami penjajahan kolonial secara langsung. Negara-negara penjajah mengirim pasukannya secara langsung.
Penjajahan model langsung seperti ini dianggap tidak efektif. Keberadaan musuh yang nyata di depan mata, perlawanan dari umat relatif lebih mudah digerakkan, ditambah dengan biaya pendudukan langsung yang mahal dengan resiko yang tinggi. Barat mengganti strategi penjajahan dengan cara memberikan kemerdekaan semu dan mendudukkan mendudukan penguasa-pengusa lokal yang merupakan agen-agen mereka di dunia Islam.
Cengkraman penjajah ini semakin kokoh, melalui sistem kufur yang diterapkan atau tepatnya dipaksakan di dunia Islam. Terutama sistem kapitalisme atau sosialisme dalam bentuk negara republik atau monarki tribal (kesukuan) atau keluargaan dan bentuk lainnya. Sistem kufur ini kemudian memberikan jalan bahkan melegalkan penjajahan atas dunia Islam.
Sebagai contoh, penjajahan ekonomi menjadi mulus lewat perdagangan dan pasar bebas, kebebasan penanaman modal asing, rezim dolar yang merusak , pasar saham yang menjadi big casino ,perbankan ribawi, privitasi yang merugikan rakyat dan mekanisme hutang luar negeri yang menjerat. Di Indonesia, perampokan kekayaan alam, dilegalkan lewat UU pro pemilik modal seperti UU Migas, UU Penanaman Modal dan UU pro pemilik modal lainnya.
Dengan cara yang licik, Barat menjerat Indonesia masuk dalam perangkap penjajahan ini dengan iming-iming pemberian kedaulatan semu. Dalam Perjanjian KMB 27 Desesember 1949 pengakuan kedaulatan RI diberikan dengan syarat Pemerintah Indonesia harus bersedia : Pertama, mempertahankan keberadaan perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia; Kedua, mematuhi ketentuan-ketentuan ekonomi dan keuangan yang ditetapkan IMF; dan ketiga menerima warisan dan melunasi utang Pemerintah Hindia Belanda 4,3 miliar gulden.
Sementara penjajahan politik menjadi kokoh lewat sistem demokrasi. Lewat prinsip utama kedaulatan di tangan rakyat, sistem demokrasi ini secara efektif digunakan untuk menentukan penguasa tertinggi yang dapat dikontrol oleh penjajah. Bisa disebut, siapapun kemudian penguasa yang lahir lewat proses demokrasi ini bisa lulus dengan catatan mendapat keridhoaan dari penjajah.
Sistem demokrasi pula secara efektif menjauhkan umat Islam dari penerapan syariah Islam secara kaffah menyeluruh yang mensyaratkan kedaulatan di tangan hukum syara’. Prinsip yang berbeda seratus persen dengan demokrasi yang menyerahkan kedaulatan kepada manusia yang mengatasnamakan rakyat.
Namun, Alhamdulillah, kesadaran umat untuk lepas dari penjajahan ini semakin meningkat. Umat mulai bergerak menumbangkan rezim-rezim represif yang menjadi pelayan kepentingan penjajahan di negeri mereka. Rezim-rezim ini dengan tega melakukan apapun asal tuan besar penjajah mereka senang. Menghabisi pejuang Islam yang menawarkan syariah Islam dan Khilafah karena dianggap mengancam kelestarian penjajahan Barat. Mulai dari Suharto (Indonesia) , Zainal Abidin bin Ali (Tunisia) , Husni Mubarak (Mesir) , Moamar Khadafi , dan menyusul lainnya seperti rezim Assad di Suriah, ditumbangkan oleh kekuatan rakyat.
Melihat kondisi ini, penjajah pun masih tetap berusaha tetap mempertahankan dominasi mereka. Amerika Serikat dan sekutu penjajahnya, tampil bagaikan pahlawan yang pro rakyat (padahal merekalah yang selama ini mendukung penuh rezim diktator). Mengingat syu’ur (perasaan) umat yang masih sangat dekat dengan Islam, mereka menawarkan menawarkan demokrasi yang berbalut Islam dengan memanfaatkan tokoh-tokoh atau gerakan-gerakan yang tadinya dekat dengan Islam. Gagasan negara sipil (ad daulah al madiniyah), Islam moderatpun ditawarkan untuk menipu umat. Namun sekali lagi tawaran inipun akan gagal, karena pada hakekatnya tetap melestarikan pangkal musibah umat ini yaitu penguasa dan sistem kufur yang pro penjajah.
Insya Allah umat Islam dalam waktu dekat ini akan memasuki era Khilafah. Sebab hanya sistem Khilafahlah yang bisa menghabisi hingga ke akar-akarnya pangkal musibah umat ini. Bukan hanya menumbangkan penguasa-penguasa antek penjajah namun mengganti secara menyuluruh sistem kapitalisme dengan Islam. Insya Allah, umat Islam akan masuk gelombang baru .
Umat tidak lagi bisa ditipu. Umat akan sampai pada satu titik dimana muncul kesadaran bahwa sistem apapun yang berasal dari ideologi Barat penjajah tidak akan memberikan kebaikan. Baik itu dibungkus dengan istilah Islam atau kata-kata penyesatan lain atau tidak. Melalui gerakan-gerakan Islam yang terjebak pragmatism ataupun tidak. Umat pada gilirannya akan dengan tegas menolak demokrasi,pluralisme, liberalisme , dan ide-ide sesat lainnya.
Saat itulah , umat hanya akan percaya kepada Sistem Islam. Umat tidak ada pilihan lain saat itu kecuali mendukung tegaknya syariah dan Khilafah. Umat termasuk ahlul quwwah (mereka yang memiliki kekuasaan riil) akan memberikan kepercayaan mereka sepenuhnya kepada kelompok dakwah yang dengan serius selama ini memperjuangkan syariah dan Khilafah. Mereka tidak lagi percaya kepada ulama-ulama salatin yang menjilat penguasa bengis atau gerakan yang tadinya berakar Islam yang menjadi boneka penjajahan. Saat itulah dengan izin dan pertolongan Allah SWT , tegaknya Khilafah tinggal menghitung hari. Insya Allah !(Farid Wadjdi)