oleh Hasan al-Banna
Secercah cahaya melintasi alam raya. Bak musafir yang datang berkunjung. Tiba-tiba pergi lagi dan meninggalkan tempat persinggahannya. Seperti itulah Hasan al-Banna.
Apa yang dapat diambil oleh seberkas cahaya itu dari dunia persinggahannya? Apa yang dapat ia peroleh dari alam raya ini? Tidak ada! Tapi apa yag ditinggalkan seberkas cahaya ini, ketika ia datang berkunjung dengan segala kesucian dan keagungannya? Sesungguhnya ia meninggalkan banyak hal. Terutama saat cahaya itu dalam perasaannya dan bagi mereka yang telah disucikan dan dibersihkan oleh iman dan Islam. Itulah yang dibawa Hasan al-Banna.
Lelaki itu lahir, saat gelombang materialisme menghantam kehidupan kaum muslimin. Menghancurkan akalnya, perasaannya, agamanya. Lalu, manusia menjadi bagian dari materialisme. Nafsu manusia sepadan dengan materialisme yang menjadi tabiat manusia. Termasuk kaum muslimin kala itu. Orang-orang muda kehilangan elan perjuangan terhadap agamanya. Mereka lebih suka menikmati kehidupan dunia yang gemerlap.
Hasan al-Banna : "Materi telah menyangsarakan umat manusia dan kaum muslimin. Materi menjadikan mata kaum muslimin nanar. Tidak dapat lagi membedakan antara halal dan haram. Antara haq dan bathil. Kaum muslimin telah terperangkap dalam dunia materialisme", tukasnya.
"Manusia telah tertipu dengan kehendak nafsunya. Mereka berkompromi dengan segala kesesatan dan kebathilan yang terus menyengsarakan. Tanpa terasa. Mereka telah berada di tubir kehancuran. Mereka berlari sepanjang kehidupan. Mencari dan mengejar dunia. Mereka tidak bersikap zuhud terhadap dunia. Karena itu, manusia dan sebagian kaum muslimin, yang tersesat dan mengejar dunia, mereka menjadi tersesat dalam lembah kehinaan. Berada di kerak dunia", tambahnya.
Hakekatnya apapun yang ditawarkan dunia, berbentuk keindahan dan kenikmatan, tidak sebanding dengan janji dan anugerah yang bakal diberikan kepada manusia yang lebih mencintai Allah, Rasul, Kitabnya (al-Qur'an), serta orang-orang mukmin. Mereka itulah yang akan mendapatkan kemenangan dan kenikmatan yang kekal. Mereka yang berlari mengejar ampunan dan rahmat-Nya, pasti akan lebih mulia hidupnya kelak.
Apa artinya kekuasaan, jabatan, harta, pangkat serta berbagai pernik-pernik kehidupan duniawi, kalau hanya membuat manusia itu, kemudian tidak taat dan beribadah kepada Allah Azza Wa Jalla. Mereka makan harta-harta dengan lahap, menerima imbalan dan gaji dari para thogut, serta makan dengan tamak. Banyak diantara mereka dengan perut yang buncit kekeyangan dengan harta haram.
Lalu, mereka melupakan Dzat Yang Maha Agung. Melupakan Dzat Yang Maha Rahman dan Rahim. Melupakan Dzat Yang Penuh dengan Janji Ampunan dan Surga-Nya. Tak ada lagi yang menyamainya. Apapun kehidupan di dunia. Betapapun kenikmatan dan keindahan di dunia yang dipertontonkan itu, semuanya tak berharga kelak dihadapan Allah Azza Wa Jalla.
Manusia-manusia yang mengejar dunia akan menjadi malu, hina, dan tak berharga nantinya kelak dihadapan Allah Rabbul Alamin. Tanpa bekal iman dan taqwa. Semuanya yang menjadi kebanggaan selama di dunia itu, hanyalah nisbi. Kebanggaan-kebanggan palsu itu akan pergi dan berpisah. Tak ada yang dapat kekal bersama dengan manusia semua akan pergi bersama dengan datangnya kematian. Sadarlah.
Kematian akan segera menghampiri. Tidak akan ada yang dapat menolaknya. Tak ada dapat menghindar. Sekuat apapun manusia. Baginda Rasul Shallahu Alaihi Wassalam, manusia yang paling dikasihi oleh Allah Rabbul Alamin, justru saat sedang sekaratul maut di datangi Malaikat Jibril, ditawarkan agar tidak segera dicabut nyawanya. Diberi kehidupan dan umur yang lebih panjang. Tetapi, kekasih Allah Rabbul Alamin, yaitu Mohammad Shallahu Alaihi Wassalam, memilih agar segera dapat menemui Rabbnya. Tidak lagi ditangguhkan kematiannya.
Betapa manusia-manusia yang sudah terbelenggu dengan kehidupan dan kenikmatan dunia, ingin hidup sepanjang waktu, kekal, dan tidak ingin mati. Tetapi mereka semua tidak dapat menolak kematian. Mereka yang ingin hidup di dunia lebih lama, akhirnya harus meninggalkan dunia yang mereka cintai itu. Mereka menjadi hina dihadapan Allah Azza Wa Jalla. Semua kemewahan dan kenikmatan dunia itu, tak berharga dihadapan Allah Rabbu Alamin. Mereka mendapatkan azab.
Allah berfirman :
"Allah akan meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang dikehendaki". (QS : Ibrahim : 27)
Banyak orang yang saat ajalnya sudah mendekat, dan mereka sedang bermaksiat, dan dosa mereka menggunung. Mereka menikmati kehidupan dunia, menjual aqidah mereka kepada musuh Allah, durhaka, dan meninggalkan semua perintahnya. Tidak lagi mau tunduk dan patuh terhadap Allah Azza Wa Jalla. Mereka telah masuk ke dalam perangkap kehidupan dunia. Wallahu'alam.
Secercah cahaya melintasi alam raya. Bak musafir yang datang berkunjung. Tiba-tiba pergi lagi dan meninggalkan tempat persinggahannya. Seperti itulah Hasan al-Banna.
Apa yang dapat diambil oleh seberkas cahaya itu dari dunia persinggahannya? Apa yang dapat ia peroleh dari alam raya ini? Tidak ada! Tapi apa yag ditinggalkan seberkas cahaya ini, ketika ia datang berkunjung dengan segala kesucian dan keagungannya? Sesungguhnya ia meninggalkan banyak hal. Terutama saat cahaya itu dalam perasaannya dan bagi mereka yang telah disucikan dan dibersihkan oleh iman dan Islam. Itulah yang dibawa Hasan al-Banna.
Lelaki itu lahir, saat gelombang materialisme menghantam kehidupan kaum muslimin. Menghancurkan akalnya, perasaannya, agamanya. Lalu, manusia menjadi bagian dari materialisme. Nafsu manusia sepadan dengan materialisme yang menjadi tabiat manusia. Termasuk kaum muslimin kala itu. Orang-orang muda kehilangan elan perjuangan terhadap agamanya. Mereka lebih suka menikmati kehidupan dunia yang gemerlap.
Hasan al-Banna : "Materi telah menyangsarakan umat manusia dan kaum muslimin. Materi menjadikan mata kaum muslimin nanar. Tidak dapat lagi membedakan antara halal dan haram. Antara haq dan bathil. Kaum muslimin telah terperangkap dalam dunia materialisme", tukasnya.
"Manusia telah tertipu dengan kehendak nafsunya. Mereka berkompromi dengan segala kesesatan dan kebathilan yang terus menyengsarakan. Tanpa terasa. Mereka telah berada di tubir kehancuran. Mereka berlari sepanjang kehidupan. Mencari dan mengejar dunia. Mereka tidak bersikap zuhud terhadap dunia. Karena itu, manusia dan sebagian kaum muslimin, yang tersesat dan mengejar dunia, mereka menjadi tersesat dalam lembah kehinaan. Berada di kerak dunia", tambahnya.
Hakekatnya apapun yang ditawarkan dunia, berbentuk keindahan dan kenikmatan, tidak sebanding dengan janji dan anugerah yang bakal diberikan kepada manusia yang lebih mencintai Allah, Rasul, Kitabnya (al-Qur'an), serta orang-orang mukmin. Mereka itulah yang akan mendapatkan kemenangan dan kenikmatan yang kekal. Mereka yang berlari mengejar ampunan dan rahmat-Nya, pasti akan lebih mulia hidupnya kelak.
Apa artinya kekuasaan, jabatan, harta, pangkat serta berbagai pernik-pernik kehidupan duniawi, kalau hanya membuat manusia itu, kemudian tidak taat dan beribadah kepada Allah Azza Wa Jalla. Mereka makan harta-harta dengan lahap, menerima imbalan dan gaji dari para thogut, serta makan dengan tamak. Banyak diantara mereka dengan perut yang buncit kekeyangan dengan harta haram.
Lalu, mereka melupakan Dzat Yang Maha Agung. Melupakan Dzat Yang Maha Rahman dan Rahim. Melupakan Dzat Yang Penuh dengan Janji Ampunan dan Surga-Nya. Tak ada lagi yang menyamainya. Apapun kehidupan di dunia. Betapapun kenikmatan dan keindahan di dunia yang dipertontonkan itu, semuanya tak berharga kelak dihadapan Allah Azza Wa Jalla.
Manusia-manusia yang mengejar dunia akan menjadi malu, hina, dan tak berharga nantinya kelak dihadapan Allah Rabbul Alamin. Tanpa bekal iman dan taqwa. Semuanya yang menjadi kebanggaan selama di dunia itu, hanyalah nisbi. Kebanggaan-kebanggan palsu itu akan pergi dan berpisah. Tak ada yang dapat kekal bersama dengan manusia semua akan pergi bersama dengan datangnya kematian. Sadarlah.
Kematian akan segera menghampiri. Tidak akan ada yang dapat menolaknya. Tak ada dapat menghindar. Sekuat apapun manusia. Baginda Rasul Shallahu Alaihi Wassalam, manusia yang paling dikasihi oleh Allah Rabbul Alamin, justru saat sedang sekaratul maut di datangi Malaikat Jibril, ditawarkan agar tidak segera dicabut nyawanya. Diberi kehidupan dan umur yang lebih panjang. Tetapi, kekasih Allah Rabbul Alamin, yaitu Mohammad Shallahu Alaihi Wassalam, memilih agar segera dapat menemui Rabbnya. Tidak lagi ditangguhkan kematiannya.
Betapa manusia-manusia yang sudah terbelenggu dengan kehidupan dan kenikmatan dunia, ingin hidup sepanjang waktu, kekal, dan tidak ingin mati. Tetapi mereka semua tidak dapat menolak kematian. Mereka yang ingin hidup di dunia lebih lama, akhirnya harus meninggalkan dunia yang mereka cintai itu. Mereka menjadi hina dihadapan Allah Azza Wa Jalla. Semua kemewahan dan kenikmatan dunia itu, tak berharga dihadapan Allah Rabbu Alamin. Mereka mendapatkan azab.
Allah berfirman :
"Allah akan meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang dikehendaki". (QS : Ibrahim : 27)
Banyak orang yang saat ajalnya sudah mendekat, dan mereka sedang bermaksiat, dan dosa mereka menggunung. Mereka menikmati kehidupan dunia, menjual aqidah mereka kepada musuh Allah, durhaka, dan meninggalkan semua perintahnya. Tidak lagi mau tunduk dan patuh terhadap Allah Azza Wa Jalla. Mereka telah masuk ke dalam perangkap kehidupan dunia. Wallahu'alam.