Oleh : AM. Efendi, M.Si.
Ketua Bidang Pendidikan Kader PC Pemuda Muhammadiyah Blimbing Sukoharjo, Guru Unit MTs dan SMA PonPes Imam Syuhodo Sukoharjo
Ayo boikot produk kafir dan antek-anteknya…..!!!!! Ungkapan
itu nyaris keluar dari setiap aktivis muslim ketika terjadi penyerangan
kafir dan anteknya kepada dunia Islam. Namun sungguh ironis dan
merupakan suatu kelalaian yang nyata, kalau ideologi, paham, pemikiran
atau apapun bahasanya yang dianut oleh kafir dan antek-anteknya tidak
diboikot, bahkan dibiarkan hingga menjadi berhala yang dijaga,
dipelihara dan disembah. Bahkan cinta kepadanya melebihi cintanya kepada
Allah
Subhanahu Wa Ta’ala karena lebih mengutamakannya. Ia
adalah Demokrasi, sebuah kata yang tak asing lagi ditelinga setiap
orang, yang menjadi tren pujaan hampir semua negara maju dan menjadi
cita-cita negara berkembang serta sebagai indikator perkembangan politik
suatu Negara bahkan menjadi “agama” baru yang dianut dunia.
Kata demokrasi berasal dari dua kata yaitu
demos yang berarti rakyat dan
kratos/kratein yang
berarti pemerintahan, sehingga demokrasi lebih dikenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi adalah
bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu Negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga Negara) atas Negara untuk
dijalankan oleh pemerintah Negara tersebut.